Menganalisis
resiko hygiene akibat kerusakan makanan
Kerusakan
makanan adalah adanya penyimpangan yang melewati batas yang
dapat diterima secara normal oleh panca
indera atau parameter lain.
Jenis-jenis
kerusakan makanan:
1.
Kerusakan fisiologis
Yaitu kerusakan
yang terjadi akibat adanya reaksi metabolisme atau enzim yang berlebihan yang
terdapat di dalam bahan makanan.
Enzim
adalah suatu senyawa protein yang dapat mempercepat kerja suatu reaksi, tetapi
zat yang bersangkutan tidak ikut bereaksi (hanya bersifat sebagai katalis). Enzim dapat berasal dari
aktifitas mikroorganisme ataupun diproduksi dari bahan pangan itu sendiri,
misalnya enzim pektinase yang terdapat
pada buah-buahan yang menyebabkan buah-buahan
menjadi lunak. Katalis adalah suatu
zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri
2.
Kerusakan biologis
Yaitu kerusakan Bahan Makanan diakibatkan oleh organisme
perusak, misalnya rodentia / serangga / unggas. Masuknya serangga ke dalam
bahan makanan, selain merusak bahan makanan juga merupakan jalan masuk
mikroorganisme pembusuk (dikenal dengan
istilah "PORT DE ANTRE"). Serangga biasanya merusak buah-buahan,
sayur-sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian pada saat bahan pangan dipanen.
Kerugian yang terjadi adalah :
a. Penyusutan berat bahan pangan
b. Berkurangnya nilai gizi bahan pangan
c. Bahan pangan akan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
b. Berkurangnya nilai gizi bahan pangan
c. Bahan pangan akan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
Selain menyebabkan berat bahan pangan rodentia (binatang
pengerat / tikus) juga merugikan karena kotoran, rambut dan urine tikus akan
menimbulkan bau yang kurang enak dan juga pembawa bakteri.
3)
Kerusakan Pathologis
Yaitu kerusakan bahan
makanan yang terjadi akibat adanya penyakit pada bahan makanan
4)
Kerusakan Mekanis
Yaitu kerusakan akibat adanya benturan antara bahan pangan dengan bahan pangan atau antara bahan pangan dengan wadah.
Umumnya terjadi sejak masa pemanenan sampai dengan pembelian dan pada akhirnya menyebabkan reaksi kimia pada bahan pangan dan adanya perubahan bentuk (memar / retak / pecah).
Yaitu kerusakan akibat adanya benturan antara bahan pangan dengan bahan pangan atau antara bahan pangan dengan wadah.
Umumnya terjadi sejak masa pemanenan sampai dengan pembelian dan pada akhirnya menyebabkan reaksi kimia pada bahan pangan dan adanya perubahan bentuk (memar / retak / pecah).
5)
Kerusakan Fisik
Yaitu kerusakan yang terjadi akibat temperature / suhu yang tidak sesuai dengan keadaan bahan makanan.
Yaitu kerusakan yang terjadi akibat temperature / suhu yang tidak sesuai dengan keadaan bahan makanan.
Contoh :
a. Pada poses pengolahan dengan panas yang terlalu lama akan menimbulkan kegosongan.
a. Pada poses pengolahan dengan panas yang terlalu lama akan menimbulkan kegosongan.
b. Pada proses pendinginan tgerjadi kerusakan
"chilling injuries" atau pada proses pembekuan terjadi kerusakan
“freezing injuries” dan “freezing-burn”.
c. Pada proses pengeringan biji-bijian yang kurang baik
akan menyebabkan "case-hardering" yaitu suatu keadaan dimana bagian
luar biji sudah kering tetapi bagian dalam masih basah. Hal ini dapat terjadi
bila penguapan pada bahan pangan tidak merata.
6)
Kerusakan Khemis
Yaitu kerusakan bahan makanan yang disebabkan adanya
reaksi kimia dalam bahan makanan. Bahan
kimia yang terdapat pada bahan pangan berasal dari :
1. Alamiah (bahan makanan itu sendiri), misalnya :
a. Asam lemak
Asam lemak merupakan salah satu bahan penyusun lemak. Asam
lemak dapat rusak dan bereaksi dengan bahan penyusun lemak
lain, sehingga menyebabkan tengik.
Asam lemak merupakan salah satu bahan penyusun lemak. Asam
lemak dapat rusak dan bereaksi dengan bahan penyusun lemak
lain, sehingga menyebabkan tengik.
b. Asam Sulfida (H2S)
Bahan makanan kalengan dapat memproduksi gas (H2S) yang
apabila bereaksi dengan lapisan kaleng yang tidak baik dapat menghasilkan
senyawa ferrum sulfide (FoS) sehingga mengakibatkan timbulnya noda hitam pada bahan
makanan kalengan tersebut. Noda-noda hitam tersebut biasanya mengandung racun.
2. Dari luar bahan makanan, terbagi menjadi 2 :
a. Sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan sebagai
bahan makanan tambahan (food additive). Jika food additive digunakan tidak
sesuai dengan ketentuan dapat mengakibatkan keracunan. Contoh : bahan pewarna,
pengental, pemanis buatan, dll.
b. Tidak sengaja terdapat dalam bahan makanan Misalnya
insektisida pada bahan makanan atau tembaga (Cu) yang terdapat pada perlatan
memasak.
Pada awalnya semua jaringan hidup steril, tetapi setelah
keluar dari lingkungannya, bisa saja menjadi tidak steril. Misalnya air susu
sapi tetap steril pada saat berada di dalam kelenjar susu sapi tapi setelah
diperah dapat saja air susu tersebut tidak lagi steril. Hal ini disebabkan
adanya kontaminasi dari udara, pemerah ataupun peralatan yang digunakan. Bahan
pangan yang mengalami kerusakan oleh M.O ternyata mengandung mikroorganisme
dominant yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi
oleh 2 faktor, yaitu :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar